Harapan yang kembali tumbuh (part1)
Selamat pagi, siang ,
malam semua nya. Kali ini aku akan melanjutkan cerita setelah lama aku tidak
bercerita lagi, karena ada harapan yang tumbuh harapan yang muncul kembali setelah
di terpa mendung, hujan, hingga badai. Aku akan melanjutkan cerita dalam artikel
“Last of my story about aurora”.
Dalam artikel
tersebut saya mengatakan bahwa itu adalah artikel terakhir aku karena disitu aku
bercerita bahwa aku tidak akan melanjutkan cerita tentangnya. Tapi waktu
berkata lain. Hari demi hari pun barlalu pada suatu waktu jurusanku mengadakan sebuah
acara untuk mengharmoniskan para mahasiswanya yaitu dengan mengadakan acara “saeed
camp”, singkat cerita aku mengikutinya karena untuk menambah pengalaman saja,
tapi aku baru tau ternyata aurora pun mengikuti acara tersebut, wah seneng seneng
sih tapi mengingat kejadian sebelumnya aku ingin batal mengikutinya, aku tak
mau mengikuti ego ku karena aku bukan anak kecil lagi yang Cuma masalah sepele
di perbesar besar, oleh karenanya aku tetap mengikutinya.
Kami pun
berangkat menuju tempat acara, tapi saya berangkat bersama seangkatan itu pun
bukan sama teman kelas melainkan sama kelas lain karena kelas kuu... ah
sudahlah aku malas membahasnya. Setelah sampai aku bingung, entah kenapa aku
tiba-tiba mencari aurora , ko dia ga ada. Lantas aku bertanya ke sahabat
dekatnya yaitu lilih, teh lilih tepatnya. Aku bertanya “ teh aurora kemana? Ko gaada?
Ga jadi ikut?”, dia pun menjawab “ nida ketinggalan ef, dia masih di pondok, di
lantai 4”, “dasar kebiasaan anak itu” guram ku dalam hati. Aku pun membantu
dengan menyusulnya karena aku orang nya ber mindset bahwa selagi aku bisa
menolong kenapa engga. Aku pun mengirim pesan bahwa aku akan menjemputnya, aku
ijin kepanitia dan cuss langsung pergi menjemputnya.
Aku pun sampai
di pondok nya, mengirim pesan bahwa aku sudah sampai di pondok. Lama menunggu
akhirnya dia keluar dan menyapa ku, heiiii ku balas senyuman karena disitu aku
rasa kita saling canggung entah kenapa mungkin karena lama tidak berbalas pesan
dan kejadian waktu itu. Dia pergi ke warung untuk membeli sebuah perlengkapan
dan makanan karena kami akan bermalam di kaki gunung. Aku menghampirinya dan
memberi tahu untk membeli tolak angin karena disana pasti akan dingin. Setelah
selesai membeli kami pun pergi menaiki motor ku yang sudah mau pensiun.
Komentar
Posting Komentar